Ku balas 84 Bln Kehamilanmu, IBU

Sabtu, 03 Maret 2012 05.33 By Alfi Nisa

Subhanallah, sungguh diri ini tak kuasa membayangkan betapa lelahnya ibu mengandung. 9 bulan 10 hari merupakan waktu yang tidak sebentar. Selama itulah, ibu dengan sabar meredam rasa sakit ketika kaki munggil menendang-nendang perutnya. Sementara, bapak, bulek, mbah, dan tetangga2 lainnya justru senang sambil tersenyum2 melihat polah tingkah si kecil didalam perut. Mereka senang, karena ini menunjukkan ada kehidupan dalam perut besar ibu. Ya…bagi ibu semua ini bukanlah hal yang buruk, polah tingkah si kecil adalah semangatnya, senyum banyak orang adalah motivasi peredam sakit, hadist Rosulullah menjadi penyejuk baginya,"apabila seseorang meninggal, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga hal: 1. Jika ia berbuat amal yang selalu membawa manfaat bagi manusia, 2. Jika ia meninggalkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat, 3. Jika ia meninggalkan anak saleh yang mendoakannya."
Orang tua mengharapkan, ada mulut2 kecil yang mendo'akannya kelak.

Perjuangan ibu memang luar biasa. Namun, ditengah luar biasanya perjuangan para ibu. Ibuku  lebih luar biasa kuadrat perjuangannya (Ibuku...).  Coba bayangkan, 9 anak terlahir dari rahim ibuku. Itu artinya selama 84 bulan, ibuku menjalani hidupnya dengan kehamilan. Ditambah lagi sekitar 18 tahun beliau dengan sabar menyusui anak-anaknya.
9 orang anak, menjadikan kami keluarga besar. Sehingga ketika memsak, ibuku lebih mengutamakan kuantitas daripada kualitas. Yang namanya sayur, kuahnya selalu dibanyakin. Gak hanya itu, ibuku begitu kreatif mengolah daun-daunan di kebun jadi masakan. Berbagai jenis daun-daun pernah kami makan, dari Daun keneker, kangkung, bayem, luntas, simbuk’an, daun pete muda, ontong, lompong dan masih banyak lagi yng lainnya. Syukur Alhamdulillah, kami gak pernah keracunan. ^_^

sebenarnya, ibuku tdk hendak menyiksa kami, atau memperlakukan kami seperti kambing dengan masakan2nya. Ibuku hanya mencoba menghemat pengeluaran belanjanya, agar sebagian uang belanja itu bias digunakan untuk memberi kami tempat tinggal yang layak. Maklum saat  ini kami tdk sedang hidup dalam naungan Daulah khilafah islamiyah. Sehingga jaminan kesejahteraan hidup, dengan terpenuhinya kebutuhan pokok manusia tdk kami dapatkan. Kami hidup dalam system kapitalis yang tak memiliki belas kasihan.

Karena system kapitalis jualah, Banyak orang tua yang menganggap anak justru hanya jadi beban kehidupan. Ya,,,inilah fakta masyarakat saat ini. Orangtua benar-benar terbebani dengan keberadaan anak. Bagaimana tidak???? Anak jaman sekarang semakin banyak tuntutan. Anak tdk hanya cukup dengan di kasih makan dan disekolahin. Anak menuntut fasilitas yang lebih, belikan motor, belikan HP, belikan laptop, dan seabrek tuntutan lainnya. Demi memenuhi tuntutan anak, orang tua rela kerja siang malam. Gak hanya si bapak saja yang bekerja, ibupun terpaksa harus berkontribusi mencari tambahan. Nah, akhirnya orang tua berfikir untuk tdk memiliki banyak anak.

Kawan,keikutsertaan ibu di dunia kerja sebenarnya mampu memperparah kondisi yang ada. ketidakperdulian anak terhadap kondisi orang tua yang ditunjukkan dengan banyakknya tuntutan itu, akan kian parah. Bapak yang sibuk bekerja ditambah ibu yang turut menyibukkan diri.menjdikn mereka tidak punya banyak waktu untuk memperhatikan tumbuh kembang sang anak. Pola sikap dan pola sikap  sang anak tdk ada yang mengarahkan. Televisi dan lingkungan yang buruk jadi guru bagi mereka. Keburukan yang mereka saksikan, akan terbawa jadi kebiasaan. Hingga pada akhirnya rusaklah tata kehidupn rumah tangga. Astaghfirullahal adzim…..benar-benar kehidupan yang tdk menentramkan. Inilah buah dari system kapitalisme.

Kawan, dihari ibu ini. Mari dedikasikan diri untuk membalas pengorbanan ibu yang telah mengandung, merawat dan membesarkan kita. Jangn biarkan ibu-ibu di dunia ini mengalami kesedihan. Mari kita wujudkan sebuah system kehidupan yang sesuai dengan syariah Islam. System yang akan memenuhi kebutuhan pokok umatnya. Sehingga para ibu tdk perlu terbebani memikirkan kebutuhan hdup anak dan keluarganya. Dengan terpenuhinya kebutuhan pokok ini akan menjadikan ibu berperan optimal menjadi seorang ibu. Ibu akan focus mendidik anak menjadi anak yang sholih-sholihah, peduli kepada orang tua, keluarga dan masyarakat. Dengan didikan orang tua yang memahami Islam, anak-anak tidak akan jadi benalu atau sampah masyarakat. Tetapi, justru dialah nantinya yang akan menjadi pengayom masyarakat.

0 komentar:

Posting Komentar